Jauh-jauh hari semua telah kupersiapkan. Bahkan semangatpun telah ditumpuk sejak lama. Seragam pramuka lengkap, siap. Dua botol air mineral, beberapa potong biskuit, sekotak makan siang, selembar sarung, beberapa obat pribadi, dan baju lapangan, semua tertata rapi di dalam ransel. Seolah aku siap untuk ribuan langkah pagi itu, membawa perasaan yang sedikit berbeda dari acara yang sama di tahun lalu. Aku lupa, eh sepertinya tak menghiraukan lagi barang-barang lain yang wajib dibawa sesuai instruksi panitia.
“Mas, besok jadi ikut kan?”
“Iya, Insyaallah”
yeahhh
Entahlah. Hantu apa yang selalu membayang sejak aku membaca tulisan itu. Rasanya, ah aku belum tau betul rerupa sosok itu. Aku kira dia yang pernah tak sengaja kulihat di masjid hijau di dekat sekolah.
Pagi itu, seribu langkah akan dimulai dari langkah pertama. Aku melihat. sosok yang pernah aku lihat di masjid hijau. Sejak langkah pertama hingga ke-seribu, tak ada kata yang berani keluar. Senyap. Hanya potongan senyum kaku yang terlempar, maksudku saling terlempar. Setelah langkah ke 1500, Aku ingin mencoba membuka suara. Namun tak bisa. Hanya menyodorkan beberapa potong biskuit. Dan dia menolaknya.
Semuanya terus berlangsung dengan canda tawa, lelah, sesak nafas, basah keringat, dan yang palinga aneh, senyum kaku itu tetap terlempar acap kali tak sengaja bertatap. Tanpa kata dengan sosok yang aku pernah aku lihat di masjid hijau.
Terlihat ganjil. Setelah perjalanan ribuan langkah untuk malam keakraban di suatu objek wisata yang cukup menguras tenaga telah khatam. Aku berkali-kali mengirim pesan kepadanya, ada jawaban tapi lama sekali dan selalu saja singkat.
Sesal yang hingga kini masih tertanam kuat,
“Bangun, ayo solat subuh”
Aku pura-pura tak mendengar nada sms masuk. Aku tarik sarung, kembali tidur di pagi yang dingin menusuk ulu hati. Aku menyesal tak membuka sms itu segera, aku tak bisa solat subuh bareng di mushala atas. Aku menyesal.
Kawan, ini bukan sepenggal cerpen, karna tak ada perkenalan, tak ada konflik, tak ada penyelesaian, tak ada ending. Hanya sebatas segurat cerita tak bersambung di banyak momen bersama kalian. Mungkin kadang ada hal lain yang justru menjadi daya tarik dan semangat untuk sebuah niat dalam acara. Ah semua akan bak-baik saja kawan. Kita hanya butuh solidaritas dan kehadiran di banyak momen, aku kira hanya itu dan seperti itu, cukup. Aku tak menghiraukan alasan kalian dibalik layar, dibalik batu, dibalik hati nurani, dibalik perasaan, dibalik mata. Ah dibalik apapun itu, terserah kalian. Aku butuh kita tetap bersama, menjaga nama baik Saka Bakti Husada Kulon Progo. Mengibarkan “Kita ada karna sehat, kita hidup karna sehat”. Dan untuk suatu hari nanti kita akan saling merindu dalam daya yang begitu dahsyat, kehangatan persahabatan kita. Kita yang kini masih bebas meng-ekspresikan keinginan kita, semangat kita, ide kita, bakat kita, termasuk kita agaknya masih pantas untuk berlaku alay. Nikmat semua proses dan setiap jengkal waktu yang masih rela bersanding dengan kita. Sungguh kawan, aku harap tak hanya aku yang akan selalu merindukan indahnya cerita kita di pramuka kesehatan bakti Husada. Ilmu memang keutamaan yang harus digapai disini. Namun tanpa rasa yang bahagia, semua akan hambar. hambar kawan, hambar itu tidak menyenangkan.
0 komentar:
Posting Komentar